0 4 min 2 minggu
62 / 100 Skor SEO

Beritakampus.id – Salatiga,  Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga diguncang aksi demonstrasi besar-besaran pada Senin (5/5/2025). Ribuan mahasiswa dan dosen dari tiga fakultas – Teknologi Informasi (FTI), Hukum (FH), dan Teologi – turun ke jalan menyuarakan kekecewaan terhadap kondisi fasilitas dan tata kelola universitas, termasuk menyoroti dugaan ‘arogansi’ pimpinan.

Aksi yang melibatkan massa dalam jumlah besar ini dipicu oleh beragam persoalan, mulai dari fasilitas perkuliahan yang dianggap tidak memadai, tata kelola keuangan yang dipertanyakan, hingga kebijakan pimpinan universitas yang dinilai sewenang-wenang.

Dari Fakultas Teknologi Informasi (FTI), tuntutan utama difokuskan pada perbaikan fasilitas, terutama jaringan internet. Dekan FTI, Prof. Danny Manongga, mengungkapkan ironi di fakultasnya. “Kita fakultas besar, menyumbang banyak pendapatan. Tapi yang ada saat ini, fasilitas internet saja amburadul,” ujar Prof. Danny, Senin (5/5/2025).

Ia menambahkan, banyak usulan kegiatan dan peningkatan fasilitas dari fakultas yang dicoret oleh Rektorat. Hal ini memunculkan desakan agar dilakukan audit keuangan di lingkungan kampus. “Karena itu kami juga minta ada audit keuangan,” tegasnya.

Senada, Ketua Senat Mahasiswa FTI UKSW, Klemens Imanuel, menyoroti kondisi di fakultasnya yang memiliki mahasiswa terbanyak. “Kampus kami terpisah dengan kampus induk, bahkan letaknya di perbukitan, koneksi WiFi-nya sangat buruk. Padahal ini fakultas teknologi, kalau internet dan komputer saja tidak menunjang, bagaimana mahasiswanya bisa kritis, kreatif, dan inovatif,” keluhnya.

Massa FTI yang mengenakan kaus biru kompak menggelar “long march” dari kampus FTI di Jalan Diponegoro menuju kantor Rektorat di kampus utama Jalan Kartini, membawa spanduk dan menggunakan pengeras suara untuk berorasi.

Prof. Danny juga melontarkan kritik keras terhadap perilaku pimpinan UKSW yang dianggap arogan dan tidak berpihak pada sivitas akademika FTI. “Kami bahkan menilai FTI ini dijadikan sapi perah oleh pimpinan melalui tindakan penggunaan anggaran yang tidak berpihak pada sivitas akademika FTI UKSW,” paparnya. Ia menuntut pimpinan UKSW menghentikan tindakan arogansi, membina komunikasi yang baik, merevitalisasi fasilitas FTI, mengelola keuangan dan beasiswa secara transparan, serta memberikan ruang bagi FTI untuk menggunakan anggarannya.

Selain FTI, gejolak juga datang dari Fakultas Hukum (FH). Aksi demonstrasi oleh mahasiswa dan dosen FH sebenarnya telah dilakukan pada Jumat (2/5/2025) lalu, menolak pergantian dekan dan jajaran pejabat struktural secara tiba-tiba. Koordinator aksi FH, Rezky Passiuola, menilai pergantian tersebut sebagai bentuk kesewenang-wenangan rektorat.

“Kami selama ini sudah diam melihat polah pimpinan universitas, namun dengan adanya pergantian dekan dan jajaran, mahasiswa FH satu suara menyatakan menolak,” ujar Rezky. Ia menyebutkan nama-nama pejabat lama yang diberhentikan, seperti Dekan Prof. Dr. Umbu Rauta, Ninon Melatyugra, Freidelino PRA de Sousa, dan Prof. Dr. Christina Maya Indah (dari jabatan Kaprodi S2 Ilmu Hukum). Rezky mempertanyakan SK Rektor yang dikeluarkan mendadak pada 30 April 2025 pukul 23.00 WIB dan langsung berlaku keesokan harinya, yang dianggap tidak mencerminkan nilai keadilan Satya Wacana.

Fakultas Teologi juga dilaporkan turut serta dalam aksi pada 5 Mei 2025, dengan menyoroti persoalan serupa terkait perilaku pimpinan UKSW yang dinilai arogan dan menciptakan suasana tidak nyaman.

Tanggapan Rektor UKSW

Menanggapi aksi demonstrasi besar-besaran ini, Rektor UKSW Salatiga, Prof. Intyas Utami, memberikan penjelasan. Ia menyatakan bahwa pergantian pejabat di lingkungan UKSW, termasuk di Fakultas Hukum, telah melalui proses evaluasi oleh pimpinan universitas dan merupakan rotasi kepemimpinan yang dianggap alamiah untuk meningkatkan kinerja.

Mengenai mantan Dekan FH, Prof. Umbu Rauta, Rektor menyatakan ia diharapkan fokus sebagai Guru Besar Tata Negara. Sementara pemberhentian Wakil Dekan Indirani Wauran disebut telah dikomunikasikan dan diberi kesempatan studi doktoral.

Terkait tuntutan fasilitas dari FTI, Prof. Intyas mengklaim bahwa pihak universitas sudah melakukan penambahan komputer dan perbaikan infrastruktur kelas tematik. Ia juga menyebut perbaikan jalan menuju FTI sudah dilakukan sebagai bagian dari perhatian pimpinan.

Untuk isu di Fakultas Teologi, Rektor mengklarifikasi bahwa Pendeta Rama Tulus tidak diberhentikan, melainkan menulis surat pengunduran diri yang diproses oleh pimpinan universitas dan Yayasan.

Prof. Intyas menegaskan bahwa UKSW adalah kampus yang memberi ruang bagi mahasiswa untuk berpendapat, sesuai statuta dan ketentuan yang berlaku. Namun, ia berpesan agar penyampaian aspirasi dilakukan dengan data valid dan positif agar tidak dimanfaatkan pihak lain.

Aksi demonstrasi ini menjadi catatan penting bagi kepemimpinan UKSW untuk merespons serius tuntutan sivitas akademika terkait perbaikan internal dan tata kelola universitas. (***Dh.L./Red.***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *